UNTUK MANUSIA YANG HEBAT (HEBAT SEPERTI LEMBU)

TANDA-TANDA ORANG
MUNAFIK
TANDA-TANDA ORANG MUNAFIK
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑْﻦِ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَ
ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝَ: ﺃَﺭْﺑَﻊٌ ﻣَﻦْ
ﻛُﻦَّ ﻓِﻴْﻪِ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﻨَﺎﻓِﻘًﺎ
ﺧَﺎﻟِﺼًﺎ، ﻭِﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻓِﻴْﻪِ ﺧَﺼْﻠَﺔ ٌﻣِﻦَ
ﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﺣَﺘَّﻰ :ﺎَﻬَﻋَﺪَﻳ ﺇِﺫَﺍ ﺍﺅْﺗُﻤِﻦَ ﺧَﺎﻥَ،
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻭَﻋَﺪَ ﺃَﺧْﻠَﻒَ،
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺣَﺪَّﺙَ ﻛَﺬَﺏَ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻋَﺎﻫَﺪَ ﻏَﺪَﺭَ، ﻭَﺇِﺫَﺍ
ﺧَﺎﺻَﻢَ ﻓَﺠََﺮَ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ )
Artinya: “Dari Abdullah ibn ‘Amr
bahwa Nabi Saw bersabda: “Empat
sifat yang barang siapa
mengerjakannya, maka ia menjadi
munafik tulen, dan barang siapa
yang melakukan salah satu dari
empat sifat itu, maka di dalam
dirinya terdapat sifat nifak
sehingga ia meninggalkannya, yaitu:
(1) apabila dipercaya, ia
berkhianat, (2) apabila berbicara,
ia dusta, (3) apabila berjanji, ia
tidak menepati, dan (4) apabila
bertengkar, ia curang (mau menang
sendiri) (HR al-Bukhari dan Muslim)
Kosakata:
ﻣُﻨﺎﻓﻘﺎ ﺧﺎﺹ : Munafik tulen/
munafik sempurna
,tafiS :ﺧَﺼْﻠَﺔ perkara
ﻧِﻔﺎﻕ : Hipokrit, munafik
ﻭَﺩَﻉ – ﻳَﺪَﻉ : meninggalkan
: ﺃُﺅْﺗُﻤِﻦ dipercaya
: ﺙّﺪﺣَ Berbicara, berkata
: ﻭَﻋَﺪَ berjanji
: ﻋﺎﻫََﺪ mengingkari
: ﺧﺎﺻَﻢ bertengkar
: ﻓَﺠَﺮَ curang (mau menang sendiri)
: ﻛَﺬَﺏ berdusta/ berbohong
: ﺧﺎﻥ berkhianat
Dalam riwayat lain, hadist
tersebut berbunyi:
ﻋﻦ ﺍﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺍﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ : ﻝﺎﻗ ﺍﻳﺔ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ
ﺛﻼﺙ ﺍﺫﺍﺣﺪﺙ ﻛﺬﺏ ﻭﺍﺫﺍ ﻭﻋﺪ ﺍﺧﻠﻒ
ﻭﺍﺫ ﺗﺌﻤﻦ ﺧﺎﻥ
Artinya: Dari Abu RA. Bahwa
Rasulullah SAW. Bersabda: Tanda
orang munafik ada tiga: apabila
berkata dusta; apabila berjanji
ingkar; apabila diberi amanat
khianat.
Diriwayatkan oleh: Imam Ahmad, Al-
Bukhari, Muslim, Turmudzi, An-
Nasai, semuanya dari Abu Hurairoh.
Asbabul wurud hadist:
Al-Khatibi menjelaskan bahwa
hadist ini ditujukan Rasulullah
saw, kepada orang munafik, namun
Rasulullah saw tidak menjelaskan
kepada para sahabat nama orang
yang dimaksud, disebutnya : “si
fulan munafik”. Hal ini menunjukkan
keluhuran budi beliau.
Keterangan:
Dalam riwayat Abu Awanah berbunyi
(artinya): “Tanda-tanda orang
munafik ada tiga: jika ia berkata
berlainan dengan kejadian yang
sesungguhnya, jika ia berjanji
untuk kebaikan ia tidak akan
memenuhinya, jika ia diberi
kepercayaan mengenai harta,
rahasia atau titipan ia kerjakan
hal-hal bertentangan dengan apa
yang diperintahkan Allah kepadanya
dan ia berkhianat kepadaNya.
Ketiga tanda tersebut di khusus
kan Rasulullah karena ketiganya
meliputi perkataan, perbuatan dan
niat yang saling bertentangan.
Syarah dan Analisis
1. Definisi Nifaq
Ibn Rajab berkata: “Nifaq secara
bahasa merupakan jenis penipuan,
makar, menampakkan kebaikan dan
memendam kebalikannya.
Nifaq terbagi menjadi dua:
Pertama, Nifaq Akbar (Kemunafikan
Besar); yaitu upaya seseorang
menampakkan keimanan kepada Allah
SWT, para malaikat, kitab-kitab,
Rasul dan hari akhir, sebaliknya
memendam lawan dari itu semua atau
sebagiannya. Inilah bentuk nifaq
(kemunafikan) yang terjadi pada
masa Rasulullah SAW dan yang
dicela dan dikafirkan para
pelakunya oleh al-Qur’an.
Rasulullah SAW menginformasikan
bahwa pelakunya kelak akan
menempati neraka paling bawah.
Kedua, Nifaq Ashghar (Kemunafikan
Kecil); yaitu kemunafikan dalam
perbuatan. Gambarannya, seseorang
menampakkan secara terang-
terangan keshalihannya namun
menyembunyikan sifat yang
berlawanan dengan itu.
2. Pokok-Pokok Nifaq
Pokok-pokoknya kembali kepada
beberapa sifat yang disebutkan
dalam hadits-hadits (yang
disebutkan Ibn Rajab dalam syarah
Arba’in, termasuk hadits yang kita
kaji ini), di antaranya:
1. Seseorang berbicara mengenai
sesuatu yang dibenarkan orang lain
padahal ia berdusta. Nabi SAW
bersabda dalam kitab al-Musnad
karya Imam Ahmad, “Amat besar
pengkhianatanya manakala kamu
berbicara kepada saudaramu dengan
suatu pembicaraan di mana ia
membenarkanmu namun kamu berdusta
kepadanya.”
2. Bila berjanji, ia mengingkari. Ini
terbagi kepada dua jenis: Pertama,
seseorang berjanji padahal di
dalam niatannya tidak ingin
menepatinya. Ini merupakan pekerti
paling buruk.
Kedua, Berjanji pada dirinya untuk
menepati janji, kemudian timbul
sesuatu, lalu mengingkarinya tanpa
alasan. Dalam hadits yang
dikeluarkan Abu Daud dan at-
Turmudzi dari hadits Zaid bin
Arqam, dari nabi SAW, beliau
bersabda, “Bila seorang laki-laki
berjanji dan berniat menepatinya
namun tidak dapat menepatinya,
maka tidak apa-apa baginya (ia
tidak berdosa).”
3. Bila berseteru, ia berbuat fajir.
Makna fujur adalah keluar dari
kebenaran secara sengaja sehingga
kebenaran ini menjadi kebatilan dan
kebatilan menjadi kebenaran. Dan
inilah yang menyebabkannya
melakukan dusta sebagaimana sabda
Nabi SAW, “Berhati-hatilah
terhadap kedustaan, sebab
kedustaan dapat menggiring kepada
ke-fujur-an dan ke-fujur-an
menggiring kepada neraka.” Di dalam
kitab ash-Shahihain dari nabi SAW,
beliau bersabda, “Sesungguhnya
laki-laki yang paling dibenci Allah
adalah yang paling suka berseteru
dalam kebatilan.” Dan di dalam
sunan Abi Daud, dari Ibnu ‘Umar,
dari nabi SAW, beliau bersabda,
“Barangsiapa yang berseteru dalam
kebatilan padahal ia
mengetahuinya, maka senantiasalah
ia dalam kemurkaan Allah hingga
menghadapi sakaratul maut.” Di
dalam riwayat lain, “Barangsiapa
yang membantu dalam perseteruan
secara zhalim, maka ia akan
mendapatkan kemurkaan dari Allah.”
4. Bila berjanji, ia mengkhianati
(mengingkari) dan tidak
menepatinya. Padahal Allah SWT
menyuruh agar menepati janji
seraya berfirman, “Dan penuhilah
janji; sesungguhnya janji itu
pasti diminta pertanggung-
jawabannya.” (QS.al-Isra’/17:34)
Dan firman-Nya, “Dan tepatilah
perjanjian dengan Allah apabila
kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah (mu)
itu, sesudah meneguhkannya sedang
kamu telah menjadikan Allah
sebagai saksimu (terhadap sumpah-
sumpah itu).” (QS.an-Nahl/16:91)
Di dalam kitab ash-Shahihain dari
Ibn ‘Umar dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “Setiap pengkhianat akan
memiliki panji pengenal pada hari
kiamat, lalu dikatakan; inilah
pengkhianatan si fulan.”
Mengkhianati setiap perjanjian
yang terjadi antara seorang
Muslim dan orang lain haram
hukumnya sekali pun orang yang
diajak berjanji itu adalah seorang
kafir.
Oleh karena itu, di dalam riwayat
al-Bukhari, dari hadits ‘Abdullah
bin ‘Amr bin al-‘Ash, dari nabi SAW,
beliau bersabda, “Siapa yang
membunuh jiwa yang diberi
perjanjian tanpa hak, maka ia tidak
akan mencium bau surga.
Sesungguhnya baunya terasa dari
jarak perjalanan 40 tahun.”
Tentunya, perjanjian yang terjadi
di antara sesama Muslim, harus
lebih ditepati lagi dan
membatalkannya merupakan dosa
besar. Bentuk dosa paling besar
dalam hal ini adalah membatalkan
perjanjian dengan imam (pemimpin
negara Islam) yang dilakukan oleh
orang-orang yang mengikuti dan
sudah rela terhadapnya.
Di dalam kitab ash-Shahihain, dari
hadits Abu Hurairah RA, dari nabi
SAW, beliau bersabda, “Tiga orang
yang tidak diajak bicara oleh Allah
pada hari Kiamat, tidak Dia
bersihkan diri mereka dan mereka
malah akan mendapat azab yang
pedih…” Di dalam hadits ini, beliau
SAW menyebutkan salah satu dari
mereka, yaitu seorang laki-laki
yang telah membai’at seorang imam,
tetapi ia membai’atnya hanya karena
dunia; jika ia (sang imam)
memberinya sesuai dengan apa yang
diinginkannya, maka ia menepatinya
dan bila tidak, maka ia tidak
pernah menepatinya.”
Termasuk dalam janji yang wajib
ditepati dan haram dikhianati
adalah seluruh akad seperti jual
beli, pernikahan dan akad-akad
lazim yang wajib ditepati, yang
terjadi di antara sesama Muslim
bila mereka saling rela atasnya.
Demikian pula, sesuatu yang wajib
ditepati karena Allah SWT dari
perjanjian hamba dengan Rabbnya
seperti nadzar berbuat kebajikan
dan semisalnya.
5. Bila diberi amanah, ia
berkhianat. Bila seseorang diberi
amanah, maka ia wajib
mengembalikannya. Hal ini
sebagaimana firman Allah SWT,
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya…” (QS.an-
Nisa’/4:58)
At-Turmudzi dan Abu Daud
mengeluarkan hadits dari Abu
Hurairah bahwasanya Nabi SAW
bersabda, “Tunaikanlah amanah
kepada orang yang beramanah
kepadamu dan janganlan
mengkhianati orang yang berkhianat
kepadamu.”
Khianat terhadap amanah merupakan
salah satu sifat munafik
sebagaimana firman Allah SWT, “Dan
di antara mereka ada orang yang
telah berikrar kepada Allah,
sesungguhnya jika Allah memberikan
sebahagian karunia-Nya kepada
kami, pastilah kami akan bersedekah
dan pastilah kami termasuk orang-
orang yang shaleh.[75] Maka
setelah Allah memberikan kepada
mereka sebagian dari karunia-Nya,
mereka kikir dengan karunia itu,
dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang
selalu membelakangi (kebenaran).
[76]Maka Allah menimbulkan
kemunafikan pada hati mereka
sampai kepada waktu mereka menemui
Allah, karena mereka telah
memungkiri terhadap Allah apa yang
telah mereka ikrarkan kepada-Nya
dan (juga) karena mereka selalu
berdusta.[77]” (QS.at-
Taubah/9:75-77)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat
(tugas-tugas keagamaan) kepada
langit, bumi dan gunung-
gunung…..” (QS.al-Ahzab/33:72)
Pokoknya, semua Nifaq Ashghar
terpulang kepada adanya perbedaan
antara perkara tersembunyi
(bathiniah) dan terang-terangan
(lahiriah). Al-Hasan al-Bashori
RAH berkata, “Sekelompok Salaf
berkata, ‘Kekhusyu’an nifaq hanya
terlihat pada kehusyu’an raga
sedangkan hatinya tidak pernah
khusyu’.”
‘Umar RA berkata, “Sesuatu yang
paling aku khawatirkan dari kalian
adalah Munafiq ‘Alim (yang
berpengetahuan).” Lalu ada yang
bertanya, “Bagaimana mungkin,
seorang munafik memiliki sifat
‘alim.?” Ia menjawab, “Ia berbicara
dengan penuh hikmah namun
melakukan kezhaliman atau
kemungkaran.”
Nifaq Ashghar merupakan sarana
melakukan Nifaq Akbar sebagaimana
halnya perbuatan-perbuatan
maksiat adalah merupakan ‘kotak
pos’ kekufuran.
Bentuk sifat nifaq ‘amali (praktis)
yang paling besar adalah manakala
seseorang melakukan suatu
perbuatan, tampak berniat baik
namun ia melakukan itu hanya agar
dapat mencapai tujuan yang buruk.
Dengan tipuan itu, ia lantas
mencapai tujuannya, bergembira
dengan makar dan tipuannya
sementara orang-orang memujinya
atas pertunjukan (kepura-puraan)
yang membuatnya sampai kepada
tujuan buruk yang dipendamnya itu.
Manakala di kalangan shahabat
telah ditetapkan bahwa nifaq
adalah adanya perbedaan antara
perkara tersembunyi dan terang-
terangan, maka sebagian mereka
khawatir bila terjadi perubahan
hati; konsentrasi, kekhusyu’an dan
kelembutannya ketika mendengar
adz-Dzikr (al-Qur’an) dengan
menoleh dunia dan sibuk dengan
urusan keluarga, anak dan harta di
mana hal itu semua akan menjadi
salah satu bentuk kemunafikan dari
mereka. Karena itu, Rasulullah SAW
sampai berkata kepada mereka, “Hal
itu bukan termasuk kemunafikan.”
Perbedaan Antara Orang Munafik
Tulen dengan Orang yang Munafik
Biasa
Nifaq (hipokrit, bermuka dua)
termasuk perbuatan tercela dan
sangat berbahaya. Nifaq dilarang
dan dibenci oleh Islam. Ketika
terjadi perang Uhud, umat Islam
mengalami kekalahan, antara lain
karena orang-orang munafik
melakukan pembangkangan dalam
bentuk mengingkari perintah
Rasulullah saw sebagai pemimpin
perang, sehingga moral dan mental
tentara Islam mengalami
kegoncangan. Orang munafik
cenderung bermuka manis, padahal
dalam hatinya penuh dengan
permusuhan terhadap umat Islam.
Orang munafik itu ibarat musuh
dalam selimut, menikam dari dalam,
mengadu-domba dan memfitnah untuk
memecah belah persatuan umat
Islam. Inilah bahaya orang-orang
munafik yang harus diwaspadai.
Menurut hadits tersebut, ada dua
tipe/kategori orang munafik, yaitu:
(a) munafik tulen (100%) dan (b)
munafik biasa.
Munafik tulen memiliki empat ciri/
tanda, yaitu: berkhianat jika
dipercayai (diberi amanat),
berdusta jika berkata, mengingkari
atau menyalahi jika berjanji, dan
mau menang sendiri (curang) jika
bertengkar atau berselisih paham.
Munafik biasa, menurut hadits Nabi
tersebut, adalah orang yang
memiliki salah satu dari empat
sifat tersebut.
Nifaq dapat menghilangkan
kepercayaan dari orang lain,
merugikan orang diingkari janjinya,
dan menimbulkan pertikaian dalam
hidup bermsyarakat, berbangsa dan
bernegara karena orang ini maunya
menang sendiri, tidak toleran,
menghargai pendapat orang lain,
dan tidak menjunjung etika sosial.
Orang munafik selain dibenci oleh
masyarakat juga sangat dimurkai
oleh Allah. Orang munafik tidak
mendapat tempat dalam hidup
bermasyarakat karena cenderung
merugikan orang lain. Nabi
bersabda:
ﺗَِﺠﺪُ ﻣِﻦْ ﺷِﺮَﺍﺭِ ﺍﻟﻨﺎﺱِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺫَﺍ ﺍﻟﻮَﺟْﻬَﻴْﻦِ ﻳَﺄْﺗِﻲْ ﻫَﺆُﻻﺀِ
ﺑِﻮَﺟْﻪٍ ﻭَﻫَﺆْﻻﺀِ ﺑِﻮَﺟْﻪٍ ) )ﻭﻣﺴﻠﻢ
ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
Artinya: “Kamu akan mendapati
manusia yang jahat pada hari
kiamat di depan Allah Swt. (ketika
diadili), yaitu orang yang bermuka
dua (munafik), yang pergi kepada
segolongan umat dengan satu muka,
dan ke golongan lain dengan muka
yang lain pula.”
Orang munafik itu, menurut Ibn al-
Qayyim, harus diperangi, karena
keberadaan mereka dapat
memabahayakan keamanan dan
ketenteraman hidup umat Islam.
Ciri-Ciri Munafik Sejati
1. Dusta
Hadits Rasulullah yang
diriwayatkan imam ahmad musnad
dengan sanad jayid: yaitu
seseorang yang berdusta agar
orang2 tertawa."
Di dalam kitab Shahihain (Shahih
Bukhari dan Muslim), Rasulullah
SAW bersabda: "Tanda orang munafik
ada 3, salah satunya adalah jika
berbicara dia dusta.
2. Khianat
Sabda Rasulullah SAW: "Dan apabila
berjanji, dia berkhianat."
Barangsiapa memberikan janji
kepada seseorang, atau kepada
isterinya, anaknya, sahabatnya,
atau kepada seseorang dengan
mudah kemudian dia mengkhianati
janji tersebut tanpa ada sebab
uzur syar'i maka telah hinggap pada
dirinya salah satu tanda
kemunafikan.
3. Fujur dalam pertikaian
Sabda Rasulullah SAW: "Dan apabila
bertengkar (bertikai), dia
melampau"
4. Ingkar Janji
Sabda Rasulullah SAW: "Tanda
orang munafik ada 3: jika berbicara
dia dusta, jika berjanji dia ingkar,
dan jika dipercaya (diberi amanat)
dia berkhianat." (HR. Bukhari
Muslim)
5. Malas Beribadah
Firman Allah SWT: "...dan apabila
mereka berdiri untuk solat, mereka
berdiri dengan malas..." (an-nisa':
142)
Jika orang munafik pergi ke masjid/
surau, dia menyeret kakinya
seakan-akan terbelenggu rantai.
Oleh kerana itu, ketika sampai di
dalam masjid/surau dia memilih
duduk di shaf yang paling akhir.
Dia tidak mengetahui apa yang
dibaca imam dalam solat, apalagi
untuk menyemak dan menghayatinya.
6. Riya'
Di hadapan manusia dia solat
dengan khusyuk tetapi ketika
seorang diri, dia mempercepatkan
solatnya. apabila bersama orang
lain dalam suatu majlis, dia tampak
zuhud dan berakhlak baik, demikian
juga pembicaraannya. namun, jika
dia seorang diri, dia akan
melanggar hal-hal yang diharamkan
allah swt.
7. Sedikit Berzikir
Firman Allah SWT: "...Dan apabila
mereka berdiri untuk bersolat,
mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya' (dengan
solat) di hadapan manusia. dan
tidaklah mereka menyebut Allah SWT
kecuali sedikit sekali. (An-Nisa':
142)
8. Mempercepat Solat
Mereka (orang2 munafik) adalah
orang yang mempercepatkan solat
tanpa ada rasa khusyuk sedikit
pun. Tidak ada ketenangan dalam
mengerjakannya, dan hanya sedikit
mengingat Allah SWT di dalamnya.
Fikiran dan hatinya tidak menyatu.
Dia tidak menghadirkan keagungan,
kehebatan, dan kebesaran Allah
SWT dalam solatnya.
Hadith Nabi SAW: "Itulah solat
orang munafik...lalu mempercepat
empat rakaat (solatnya)"
9. Mencela orang-orang yang Taat
dan Soleh
Mereka memperlekehkan orang-orang
yang Taat dengan ungkapan yang
mengandung cemuhan dan celaan.
Oleh kerananya, dalam setiap
majlis pertemuan sering kali kita
temui orang munafik yang hanya
membincangkan sepak terajang
orang2 soleh dan orang2 yang
konsisten terhadap Al-Quran dan
As-Sunnah. Baginya seakan-akan
tidak ada yang lebih penting dan
menarik selain memperolok-olok
orang2 yang Taat kepada Allah SWT
10. Memperolok-olok Al-Quran, As-
Sunnah, dan Rasulullah SAW
Termasuk dalam kategori
Istihzaa' (berolok-olok) adalah
memperolok-olok hal2 yang
disunnah Rasulullah SAW dan
amalan-amalan lainnya. Orang yang
suka memperolok-olok dengan
sengaja hal-hal seperti itu, jatuh
kafir.
Firman Allah SWT: "...Katakanlah:
'Apakah dengan Allah SWT, Ayat-
Ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?' Tidak usah
kamu minta maaf, kerana kamu kafir
sesudah beriman..." (At-Taubah:
65-66)
11. Bersumpah Palsu
Firman Allah SWT: "Mereka
menjadikan sumpah-sumpah mereka
sebagai perisai..." (Al-Munafiqun: 2,
Al-Mujadilah: 16)
Jika seseorang menanyakan kepada
orang munafik tentang sesuatu, dia
langsung bersumpah. Apa yang
diucapkan orang munafik semata-
mata untuk menutupi kedustaannya.
Dia selalu mengumpat dan memfitnah
orang lain. Maka jika seseorang itu
menegurnya, dia segera mengelak
dengan sumpahnya: "Demi Allah,
sebenarnya kamu adalah orang yang
paling aku sukai. Demi Allah,
sesungguhnya kamu adalah
sahabatku.
12. EngganBerinfak
Orang2 munafik memang selalu
menghindari hal2 yang menuntut
pengorbanan, baik berupa harta
maupun jiwa. Apabila menjumpai
mereka berinfak, bersedekah, dan
mendermakan hartanya, mereka
lakukan kerana riya' dan sum'ah.
Mereka enggan bersedekah, kerana
pada hakikatnya, mereka tidak
menghendaki pengorbanan harta,
apalagi jiwa.
13. Tidak menghiraukan nasib Kaum
Muslimin
Mereka selalu menciptakan
kelemahan2 dalam barisan muslimin.
Inilah yang disebut At Takhdzil.
iaitu, sikap meremehkan, menakut-
nakuti, dan membiarkan kaum
muslimin. Orang munafik
berpendapat bahawa orang2 kafir
lebih kuat daripada kaum muslimin.
14. Suka menyebarkan Khabar Dusta
Orang munafik senang memperbesar
peristiwa/kejadian. Jika ada orang
yang tergelincir lisannya secara
tidak sengaja, maka datanglah si
munafik dan memperbesarkannya
dalam majlis2 pertemuan. "Apa
kalian tidak mendengar apa yang
telah dikatakan si fulan itu?" Lalu,
dia pun menirukan kesalahan
tersebut. Padahal, dia sendiri
mengetahui bahawa orang itu
mempunyai banyak kebaikan dan
keutamaan, akan tetapi si munafik
itu tidak akan mahu
mengungkapkannya kepada
masyarakat.
15. Mengingkari Takdir
Orang munafik selalu membantah
dan tidak redha dengan takdir
Allah SWT. Oleh kerananya, apabila
ditimpa musibah, dia mengatakan:
"Bagaimana ini. Seandainya saya
berbuat begini, niscaya akan
menjadi begini." Dia pun selalu
mengeluh kepada sesama manusia.
Sungguh, dia telah mengkufuri dan
mengingkari qadha dan takdir.
Menjauhi Sifat-sifat Nifaq
Sebagai Muslim, kita wajib menjauhi
sifat-sifat orang munafik
tersebut, agar hidup kita selamat
dunia dan akhirat. Di antara cara
untuk menjauhi sifat-sifat munafiq
adalah banyak beristighfar dan
berdzikir kepada Allah melalui
ibadah seperti shalat. Dalam hal
ini Nabi Saw. Bersabda:
ﻋﻦ ﺃﻧﺲٍ ﺑْﻦِ ﻣﺎﻟِﻚٍ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋﻨﻪ
ﻗﺎﻝَ: ﻗﺎﻝَ ﺭﺳﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪُ
:ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻣَﻦْ ﺻَﻠِّﻰ ﻟﻠﻪِ ﺃﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ
ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻓِﻲ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔِ ﻳُﺪْﺭِﻙُ ﺍﻟﺘَﻜْﺒِﺮَﺓَ
ﺍﻷﻭْﻟﻰَ ﻛَﺘَﺐَ ﻟَﻪُ ﺑَﺮَﺍﺀَﺗَﻴْﻦِ ﺑَﺮَﺍﺀَﺓً ﻣِﻦَ
ﺍﻟﻨَﺎَﺭِ ﻭَﺑَﺮَﺍﺀَﺓً ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَِﻔﺎﻕِ ) )ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ
ﺭﻭﺍﻩ
Artinya: “Dari Anas ibn Malik ra.
Berkata, Nabi Saw. Bersabda:
Barang siapa melaksanakan shalat
karena Allah Swt. Selama empat
puluh hari dengan berjamaah tanpa
tertinggal takbiratul ula (takbir
pertama), maka Allah akan menulis/
mewajibkan baginya dua kebebasan,
yaitu: bebas dari api neraka dan
bebas dari kemunafikan.” (HR. al-
Turmudzi)
Bahaya Orang Munafik
Ali Ra mendengar Nabi Muhammad SAW
bersabda, ''Sungguh aku tidak
mengkhawatirkan seorang mukmin
ataupun seorang musyrik atas
umatku. Seorang mukmin akan
dipelihara Allah dengan imannya
daripada perbuatan mengganggu
mereka dan seorang musyrik akan
Allah patahkan gangguannya
dengan sebab kemusyrikannya dari
mereka. Tapi, aku sangat
mengkhawatirkan seorang munafik
yang pandai bersilat lidah,
mengucapkan apa-apa yang kamu
ketahui dan mengerjakan apa yang
kamu ingkari ...'' (Nahjul Balaghah:
114).
Nabi dalam hadis tersebut
mengingatkan kepada kita tentang
bahaya orang-orang munafik, yaitu
orang-orang yang 'bermuka dua',
lahirnya kelihatan baik, tetapi
hatinya ternyata jahat. Secara
lahir mereka baik, seakan-akan
mereka teman kita, padahal mereka
musuh kita. Mereka juga pandai
bersilat lidah, perkataannya
sangat menakjubkan dan
meyakinkan, tetapi perbuatannya
bertentangan dengan ucapan
mereka sendiri.
Di depan kita mereka mengaku
pembela kebenaran, penegak
keadilan, pejuang hak asasi
manusia, dan pendekar demokrasi.
Tetapi, ternyata mereka adalah
penghalang kebenaran, perusak
keadilan, pelanggar hak asasi
manusia, dan penghambat demokrasi.
Mereka juga mengaku pembela
rakyat dan penolong kaum lemah,
ternyata mereka adalah penipu
(pengkhianat) rakyat dan zhalim
terhadap kaum lemah. Bahkan,
mereka dengan mudah berani
bersumpah dengan nama Allah dan
Alquran di atas kepalanya, tetapi
tindakan mereka ternyata menipu
Allah dan bertentangan dengan
petunjuk-petunjuk Alquran.
''Orang-orang munafik, laki-laki
dan perempuan, sebagian mereka
dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat
yang mungkar dan melarang berbuat
yang makruf (baik) dan mereka
menggenggamkan tangannya. Mereka
telah lupa kepada Allah. Maka,
Allah melupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik
itulah orang-orang yang
fasik.'' (QS At-Taubah: 67).
Sebagai umat Islam, kita perlu
selalu waspada terhadap tipu daya
mereka. Jika tidak, tipu daya
mereka dapat menghancurkan umat
Islam itu sendiri. Khalifah Umar bin
Khattab terbunuh karena ulah
orang munafik. Demikian pula
kerusuhan yang terjadi di masa
Khalifah Usman bin Affan dan
perang saudara yang terjadi di
masa Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Maka, tidak menutup kemungkinan
kerusuhan, kekacauan, dan
perseteruan yang terjadi selama
ini juga karena ulah orang-orang
munafik. Allah SWT melarang mereka
diangkat menjadi teman kita atau
pemimpin dan pembantu-pembantu
kita (QS 4:144), karena mereka hanya
akan merugikan kita. Dengan jalan
inilah insya Allah kita tidak akan
salah memilih pemimpin-pemimpin
atau pembantu-pembantu munafik
yang hanya akan merugikan kita.

~(JANGAN LAH LUPA ANDA JUGA AKAN DI SOAL PADA HARI KIAMAT,JANGAM BUAT BODOH SANGAT.JANGAN ANDA FIKIR ANDA TERLEPAS DENGAN AZAB NYA KERANA MEMBIAR KAN ATAS PEKARA PEKARA YANG BERLAKU DI DEPAN ANDA SEPERTI GAMBAR DI BAWAH NI. FIKIR FIKIR KAN LAH WAHAI SAUDARA KU YANG TERSAYANG)

Ulasan

Catatan Popular